Terkadang saya sangat
merindukan masa2 kecil dulu, masa2 dimana yang ada dipikiran kita hanya main
dan main. Hal-hal kecil pun bisa sangat
membuat bahagia kala itu. Dan terkadang juga merindukan teman2 masa
kecil dulu. Dulu saya punya teman kecil namanya Anes, yang juga tetangga dekat
rumah. Dia orang Muslim, suku Palembang. Dia orang yang baik, selalu ada untuk
membela saya jika saya di ganggu orang lain. Lalu ada yang namanya Fresatria,
Kristen, teman satu komplek, satu SD dan SMP. Teman yang sangat baik, saya dulu
sering nebeng dia ketika berangkat sekolah saat SMP dulu. Justru saya sering merasa
bersalah dengan dia, karena saya suka bangun kesiangan sehingga membuat dia
jadi sering terlambat ke sekolah. Kemudian ada Jonatan, Kristen teman satu
komplek, satu SD dan SMP. Juga merupakan teman baik saya. Saya sering mampir
kerumahnya sepulang sekolah hanya untuk sekedar minta minum, bahkan minta makan
atau sekedar memetik jambu di belakang rumahnya. Adalagi Kurniawan, Budha,
teman satu kelas sewaktu SMP. Teman yang sangat baik. Walaupun dia beragama
budha, tapi saat lebaran di rumahnya menyedia kan kue dan makanan. Sehingga
saat lebaran saya selalu main ke rumahnya waktu itu.
Saya lahir dan
dibesarkan di lingkungan yang sangat menjaga toleransi. Kami sangat menghargai
perbedaan suku dan agama. Mungkin hanya sewaktu SMA saja saya lebih bnyak
berteman dengan satu suku dan agama. Karena memang di SMA dulu merupakan
sekolah yayasan pendidikan Islam dan mayoritas di sana merupakan suka jawa.
Sewaktu S1 pun saya banyak berteman dengan banyak suku. Bahkan saya lebih
banyak berteman dengan beda suku. Dan teman2 S1 saya merupakan teman2 yang
sangat baik. Saya ada teman baik orang lampung, sunda, semendo dan lain2.
Bahkan saya memliki kakak tingkat yang mayoritas chiness, dan mereka sangat
baik. Saya dulu sering berdiskusi dengan meraka. Di tambah lagi S2 saya banyak
berteman dengan orang dari seluruh Indonesia, banyak teman mulai dari Aceh,
Medan, Padang, Riau, Palembang, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT bahkan
sampai Papua. Dan berteman dengan meraka yang berbeda keyakinan. Bahkan saya
satu Mess dengan teman yang beragama Kristen, dia orang baik. Kami sering
berdiskusi masalah agama tanpa menyinggung satu sama lain.
Bahkan ada
cerita menarik ketika saya di Australia, waktu itu rombongan kami malam2 nyasar
di pusat kota Canberra. Kemudian kami bertemu dengan salah satu mahasiswi S3
asal Cina, dia orang yang sangat ramah dan baik, bhkan kami diantarkan ke
tempat tujuan kami. Padahal tujuannya berbeda dengan tujuan kami waktu itu. Dan
kami saat itu berjalan kaki. jadi mahasiswi ini begitu baik, walaupun harus
berjalan kaki cukup jauh namun dia tetap mau mengantarkan kami.
Kemudian di hari
yang lain, saya dan kedua teman saya memisahkan diri dengan rombongan, dengan
maksud pengen menikmati kota Canberra lebih lama ketimbang menghabiskan waktu
di hotel. Waktu itu kami berada di Parlemen House sedangkan tujuannya ke
Canberra Centre. Jarak cukup jauh. Harus naik kendaraan. Kami menunggu waktu
lama untuk dapat taksi tapi tetap blm dapat hingga waktu yang lama, hingga ada
seseorang yang merapatkan mobilnya ke kami. Dia orang berkulit hitam (maaf
tidak untuk bermaksud rasis) dia berasal dari Selandia baru atau entah mana
saya lupa negara asalnya. Tapi dia sudah lama di Australia dan sudah menetap di
Australia. Kemudian dia menanyai kami dan tujuan kami. Dia orang yang sangat
ramah dan baik. Bahkan kami di antar naik mobil ke Canberra centre yang
jaraknya cukup jauh lebih dari 30 menit perjalanan. Padahal tujuan dia berbeda
dengan kami, namun dia tetap mengantarkan kami tanpa meminta imbalan sepeser
pun.
Kemudian ada
pendamping kami selama di Australia asal India, Niru namanya. Sangat baik dan
ramah. Bahkan dia rela mengambilkan barang salah satu teman yang tertinggal di
Hotel. Padahal kami sudah ada di bandara. Sebenarnya barang tersebut di tinggal
tidak apa2 tapi dia mau mengambilkannya dari Bandara ke hotel kemudian ke
bandara lagi. Bahkan dia waktu itu sempat haru dan menangis ketika kami akan
pulang ke Indonesia. Karena dia merasa kami sudah seperti keluarga.
Lalu apa
kesimpulannya saya menceritakan semua hal diatas ?
Selama ini saya
sudah menemui banyak orang dan teman baik yang berbeda suku, ras, agama dan
negara. Kami tidak pernah membesar –
besarkan perbedaan yang ada. Tidak peduli mau apa sukunya, apa rasnya, dari
mana negaranya bahkan apa agamanya. Selama kita baik maka orang lain pun akan
baik. Dan mereka, orang-orang yang saya temui adalah orang2 yang baik. Bukankah
sebenarnya kita ini memang bersaudara ? kita berasal dari nenek moyang yang
sama yaitu Adam ? lantas kenapa saat ini kita selalu membesar-besarkan masalah
perbedaan. Beda suka/ras lantas dianggap bukan teman, beda negara lantas
dianggap musuh, beda agama lantas dianggap bukan saudara. Bahkan satu agama
saja tetap dianggap bukan saudara jika berbeda pilihan dan pendapat. Ini kenapa
? ada apa dengan manusia saat ini ? Jika ada orang yang tak baik maka bencilah
orangnya jangan sukunya, rasnya, negaranya atau bahkan agamanya. Karena
sejatinya setiap suku, ras, negara, dan
agama selalu ada nilai-nilai kebaikan yang diajarkan di dalamnya. Jika ada yang
tidak baik maka itu murni pribadinya. Bukan karena sukunya, rasnya, negaranya
atau bahkan agamannya. Marilah kita jaga persaudaraan ditengah perbedaan yang
ada. Jangan sampai kita saling menyakiti hanya karena “BERBEDA”.
0 komentar:
Post a Comment